Senin, 01 Juni 2015

V. Kenikmatan-kenikmatan Imperialisme

Kim itu unik dalam kehidupan dan karier Rudyard Kipling dan juga dalam kesusastraan Inggris. Ia muncul pada 1901, dua belas tahun setelah Kipling meninggalkan India, tempat kelahirannya dan negeri yang dengannya namanya akan selalu dikaitkan. Yang lebih menarik, Kim merupakan satu-satunya karya fiksi panjang Kipling yang matang dan sukses bertahan; meskipun karya itu dapat dibaca dengan gembira oleh para remaja, ia juga dapat dibaca dengan penuh hormat dan minat bertahan-tahun setelah masa remaja, baik oleh pembaca umum maupun kritikus. Karya fiksi Kipling terdiri atas cerita-cerita pendek (atau koleksi-koleksi darinya, seperti The Jungle Books), atau karya-karya lebih panjang yang bercacat (seperti Captain Courageous, The Light that Failed, dan Stalky and Co., yang kepentingan lainnya seringkali dialihkan oleh kegagalan-kegagalan dari koherensi, visi, atau penilaian). Hanya Conrad, seorang pengarang lain yang bagus gaya bahasanya, dapat disejajarkan dengan Kipling, rekannya yang sedikit lebih muda, yang telah menerjemahkan pengalaman imperium sebagai subjek utama dari karyanya dengan kekuatan sedemikian rupa; dan meskipun kedua artis itu sangat berbeda dalam nada dan gaya, mereka menyuguhkan pada khalayak Inggris, yang pada dasarnya berasal dari daerah kepulauan dan provinsi-provinsi, warna, kemegahan, dan romantisme dari usaha-usaha Inggris di luar negeri, yang sudah dikenal baik oleh sektor-sektor tertentu dari masyarakat di dalam negeri. Dari keduanya, Kipling itulah---yang kurang ironis, secara teknis sadar diri, dan kurang tegas dibanding Conrad---yang mengumpulkan banyak pembaca lebih dulu. Tetapi, kedua penulis itu tetap menjadi teka-teki bagi para sarjana yang menelaah kesusasteraan Inggris, yang menganggap mereka eksentrik, seringkali menyusahkan, yang lebih baik diperlakukan dengan sangat hati-hati atau bahkan dihindari daripada dibenamkan ke dalam norma-norma dan dijinakkan bersama rekan-rekan sebaya seperti Dickens dan Hardy.

Visi imperialisme Conrad yang utama menyangkut Afrika dalam Heart of Darkness (1899), Laut Selatan dalam Lord Jim (1900), Amerika Selatan dalam Nostromo (1904), namun karya terbesar Kipling terpusat di India, sebuah wilayah yang tidak pernah ditulis oleh Conrad. Dan menjelang akhir abad kesembilan belas India telah menjadi yang paling besar, paling bertahan, dan paling menguntungkan di antara semua wilayah kekuasaan kolonial Inggris, barangkali bahkan Eropa. Dari saat pertama kali ekspedisi Inggris tiba di sana pada 1608 hingga Raja Muda Inggris yang terakhir meninggalkannya pada 1947, India mempunyai pengaruh besar sekali pada kehidupan Inggris, dalam perniagaan dan perdagangan, industri dan politik, ideologi dan peperangan, kebudayaan dan kehidupan imajinasi. Dalam kesusasteraan dan pemikiran Inggris, daftar nama-nama besar yang membicarakan dan menulis tentang India luar biasa mengesankan, sebab di situ termasuk William Jones, Edmund Burke, William Makepeace, Thackeray, Jeremy Bentham, James dan John Stuart Mill, Lord Macaulay, Harriet Martineau, dan, tentu saja, Rudyard Kipling, yang kedudukan pentingnya menyangkut definisi, imajinasi, dan formulasi makna India bagi imperium Inggris dalam fase yang telah matang, tepat sebelum seluruh bangunan itu mulai retak dan runtuh, tidak dapat disangkal.

Kipling bukan hanya menulis tentang India melainkan dia sendiri merupakan bagian darinya. Ayahnya, Lockwood, seorang sarjana yang berbudi, guru, dan artis (model untuk kurator yang baik hati dari Museum Lahore dalam Bab I Kim), adalah seorang guru di India di bawah pemerintahan Inggris. Rudyard dilahirkan di sana pada 1865, dan selama tahun-tahun pertama kehidupannya dia berbicara dengan bahasa Hindustani dan menjalani kehidupan yang sangat mirip dengan kehidupan Kim, seorang Sahib dengan pakaian pribumi. Pada usia enam tahun dia dan saudara perempuannya dikirim ke Inggris dan mulai bersekolah; amat sangat traumatis, pengalaman tahun-tahun pertamanya di Inggris (dalam asuhan Mrs. Holloway di Southsea) melengkapi Kipling dengan permasalahan yang abadi, yaitu interaksi antara pemuda dan otoritas yang tidak menyenangkan, yang dihadapinya dengan sikap mendua sepanjang hidupnya. Selanjutnya Kipling memasuki salah satu sekolah umum yang lebih rendah mutunya yang dirancang untuk anak-anak para pegawai kolonial, yaitu United Service College di Westward Ho! (yang paling hebat di antara sekolah-sekolah itu adalah Haileybury, yang disediakan untuk eselon atas dari kalangan kolonial); dia kembali ke India pada 1882. Keluarganya masih tinggal di sana, dan kemudian selama tujuh tahun, sebagaimana yang diceritakannya mengenai kejadian-kejadian itu dalam otobiografinya yang diterbitkan setelah dia meninggal, Something of Myself, dia bekerja sebagai seorang wartawan di Punjab, mula-mula di The Civil and Military Gazette, lalu di The Pioneer.

Cerita-cerita pertamanya muncul dari pengalaman itu, dan diterbitkan secara lokal; pada waktu itu dia juga mulai menulis puisinya (yang disebut T.S. Eliot ‘sajak’), pertama-tama dikumpulkan dalam Departemental Ditties (1886). Kipling meninggalkan India pada 1889, dan tak pernah lagi tinggal di sana untuk waktu yang lama, meskipun sepanjang sisa hidupnya karya seninya berisi kenang-kenangan tentang tahun-tahun awalnya di India. Selanjutnya Kipling tinggal sebentar di Amerika Serikat (dan menikah dengan seorang wanita Amerika) dan Afrika Selatan, namun menetap di Inggris setelah 1900: Kim ditulis di Bateman, rumah yang tetap ditinggalinya hingga kematiannya pada 1936. Dengan cepat dia mencapai kemasyhuran dan karyanya dibaca banyak orang; pada 1907 dia mendapat hadiah Nobel. Kawan-kawannya kaya dan berkuasa; mereka itu antara lain saudara sepupunya Stanley Baldwin, Raja George V, Thomas Hardy; banyak penulis terkemuka termasuk Henry James dan Conrad membicarakan dirinya dengan penuh hormat. Setelah Perang Dunia I (di mana putranya John terbunuh) pandangannya menjadi semakin gelap. Meskipun dia tetap seorang imperialis Tory, kisah-kisah khayalannya yang suram tentang Inggris dan masa depan, bersama dongeng-dongeng binatang dan kisah-kisahnya yang sok teologis, juga meramalkan perubahan dalam reputasinya. Ketika meninggal, dia mendapat penghormatan yang dianugerahkan Inggris pada para penulis besarnya: dia dikubur di Westminster Abbey. Dia tetap menjadi tokoh terkenal dalam kesusasteraan Inggris, meskipun dia selalu agak terpisah dari alur pusat, diakui namun diabaikan, dihargai namun tidak pernah sepenuhnya dikuduskan.

Para pengagum Kipling telah sering membicarakan tentang penggambarannya atas India seakan-akan India yang ditulisnya itu adalah suatu lokasi yang abadi, tak berubah, dan 'esensial', suatu tempat yang sangat puitis dan sekaligus aktual dalam kenyataan geografis. Ini, saya kira, adalah cara membaca yang sangat keliru atas karya-karyanya. Jika India yang diketengahkan Kipling mempunyai sifat yang esensial dan tak berubah, ini karena dia dengan sengaja memandang India dengan cara begitu. Bagaimanapun juga, kita tidak akan menganggap bahwa kisah-kisah Kipling yang belakangan mengenai Inggris atau cerita-ceritanya tentang Perang Boer adalah mengenai Inggris yang esensial atau Afrika Selatan yang esensial; sebaliknya, tepatlah sangkaan kita bahwa Kipling sedang menanggapi dan sesungguhnya merumuskan kembali secara imajinatif perasaannya mengenai tempat-tempat itu pada saat-saat tertentu dalam sejarah mereka. Hal yang sama juga benar menyangkut Indianya Kipling, yang harus ditafsirkan sebagai suatu wilayah yang dikuasai Inggris selama tiga ratus tahun, dan baru saat itulah ia mulai mengalami kerusuhan yang berpuncak pada dekolonisasi dan kemerdekaan.

BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar